Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Tuesday 7 May 2013

doa yang terkabul dan tidak terkabul

Allah berfirman dalam qur'annya "berdoalah kepadaKu niscaya kan Ku kabulkan.." dalam berdoa adakalanya doa kita terkabul dan kadang kala tak terkabul. hal ini terkait dengan hal-hal yang terdapat dalam diri kita, apakah kita telah menjauhi hal-hal yang haram dan munkar?? begitulah kiranya apa-apa yang harus kita fikirkan. bibawah ini merupakan makalah kami terkait dengan doa. 

 DOA Keutamaan Doa, Adab dan Sebab Dikabulkannya 

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Hadis Aqidah 

Dosen : Drs. H. M. Yusuf, M.Ag. 

Disusun oleh :

 Kelompok 9

 1. Barokatun Nisa (12531146)

 2. Nusaibah (12531148)

 Jurusan Tafsir-Hadis Fakultas Ushuluddin, Studi Agama, dan Pemikiran Islam

  Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

 2013



 Daftar isi

 Kata Pengantar ........................................................................................................ 3

 BAB I
 A. Latar Belakang Masalah............................................................................................4
 B. Rumusan Masalah....................................................................................................5
 C. Tujuan .......................................................................................................................5

 BAB II 
PEMBAHASAN

 A. Keutamaan Doa
 B.  Adab berdoa
 C. Sebab Doa Dikabulkan

 a. Keutamaan Doa ..............................................................................................6
 b. Adab Dan Sebab Doa Dikabulkan.................................................................7

 BAB III
 PENUTUP
 A. Kesimpulan ..................................................................................................... 14

 DAFTAR PUSTAKA 15



 Kata pengantar 

Alhamdulillah wasyukru lillah, puji syukur kehadirat Allah yang maha rahman lagi maha pemberi dan pengabul doa. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kehadirat rasulullah Muhammad SAW besrta sahabat dan keluarganya ynag telah membimbing kita semua pada keimanan ynag dapat mendekatkan kita pada sang khaliq. Amin.
 Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada bapak. Yusuf yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini, sehingga dapat terselesaikan dengan optimal sesuai kemampuan kami. Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada teman-teman yang dengan sukarela menyumbangkan ide-ide briliannya sehingga dapat kami jadikan sebagai bahan pembanding dalam penulisan makalah ini.
 Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah demi memenuhi tugas mata kuliah Hadis Aqidah dengan tema “Doa, yang tertolak dan diijabahi”.
 Harapan kami semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai sumber wawasan hususnya tentang doa dan rujukan teman-teman dalam diskusi seputar tema diatas. Kami menyadari dalam penulisan makalah ini tentu banyak diju mpai kesalahan maupun kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman semua demi perbaikan dalam penulisan makalah kami selanjutnya.
 Dan akhirnya, kami selaku penulismeminta maaf dan berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembelajaran dimasa selanjutnya, baik bagi kami sendiri maupun bagi teman-teman yang lain. Amiin.

 Penulis

 BAB I 
PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang Masalah

 Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah dan sebagai khalifah di bumi yang menerima amanat-Nya untuk mengelola kekayaan alam. Sebagai hamba Allah yang mempunyai kewajiban untuk beribadah dan menyembah kepada-Nya dengan tulus.
 Banyak dari kita tidak mengetahui pentingnya doa dan keutamaan doa dalam kehidupan. Sebagai orang yang beriman kepada Allah, doa merupakan hal yang penting dan tak pernah lepas dari kehidupan kita baik dalam melakukan sesuatu, dan pada saat mengawali maupun mengakhiri sesuatu. Sebagai hamba, menjadi hal yang wajar ketika kita memohon dan berdoa kepada Allah. Kita tidak punya daya dan upaya untuk menjalani kehidupan ini tanpa kekuasaan dan kehendak-Nya. Sebagai sumber pedoman, Al-Qur’an dan Hadits juga memuat tentang keutamaan doa. Allah telah menjanjikan akan mengabulkan doa hamba-Nya dan memberikan adzab kepada mereka yang menyombongkan diri dengan tidak mau berdoa. Allah itu dekat, dan Dia akan mengabulkan doa hamba-Nya.
 Melihat pernyataan di atas, terkadang doa yang telah dipanjatkan tidak langsung dikabulkan oleh-Nya. Dalam hal ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Seperti tidak mantapnya hati dalam berdoa, tidak khusyu’, dan sebagainya. Allah itu sesuai prasangka hamba-Nya. Ketika hamba-Nya yakin bahwa doanya akan dikabulkan, pasti akan dikabulkan, begitu sebaliknya.
 Selain itu, juga diperlukan adab atau tata krama ketika berdoa. Kepada sesama manusia saja kita harus memiliki tata krama apalagi kepada Allah Sang Pencipta yang Maha Agung. Adab dalam berdoa juga sangat berpengaruh terhadap segera dikabulkannya doa seseorang atau tidak.

 B. Rumusan Masalah

 a. Apa saja keutamaan doa?
 b. Bagaimana adab dalam berdoa dan sebab dikabulkannya doa?

 C. Tujuan

 Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan diharapkan bermanfaat bagi kita semua. 

BAB II
 PEMBAHASAN



Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina." (Terj. Al Mu'min: 60)
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwa Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (Terj. Al Baqarah: 186)

Rasulullah Shallallȃhu 'Alaihi Wa Sallam bersabda:[2]
«الدُّعَاءُ هُوَ العِبَادَةُ» ، وَقَرَأَ: {وَقَالَ رَبُّكُمْ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ} [غافر: 60]- إِلَى قَوْلِهِ - {دَاخِرِينَ} [غافر: 60]

"Doa adalah ibadah." Kemudian Beliau membaca ayat, "Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu…dst. sampai, "keadaan hina dina." (HR. Tirmidzi, ia berkata, "Hadits ini hasan shahih.")

لَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَمُ عَلَى اللهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ
 "Tidak ada sesuatu yang paling mulia bagi Allah Ta'ala daripada doa." (HR. Ahmad, Bukhari dalam Al Adabul Mufrad, Tirmidzi dan Hakim, dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 5392)

إِنَّهُ مَنْ لَمْ يَسْأَلِ اللَّهَ يَغْضَبْ عَلَيْه
"Sesungguhnya barang siapa yang tidak meminta kepada Allah, maka Allah akan murka kepadanya." (HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahîhul Jȃmi' no. 2418)

إِنَّ رَبَّكُمْ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَيِيٌّ كَرِيمٌ، يَسْتَحْيِي مِنْ عَبْدِهِ إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ إِلَيْهِ، أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا
"Sesungguhnya Tuhanmu Tabaaraka wa Ta'ala Pemalu dan Mahamulia, Dia malu jika hamba-Nya mengangkat kedua tangannya kepada-Nya, namun dikembalikan dalam keadaan hampa." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, dan dishahikan oleh Syaikh Al Albani. Al Hafizh Ibnu Hajar berkata, "Sanadnya jayyid.")

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلَا قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلَّا أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلَاثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنْ السُّوءِ مِثْلَهَا قَالُوا إِذًا نُكْثِرُ قَالَ اللَّهُ أَكْثَرُ
“Tidak ada seorang muslim yang berdoa suatu doa yang di dalamnya tidak ada dosa dan memutuskan tali silaturrahim, kecuali Allah akan memberikan karena doa itu salah satu dari tiga keadaan; bisa saja doanya disegerakan, bisa juga Allah simpan untuknya di akhirat dan bisa juga Allah hindarkan dia dari keburukan semisalnya.” Para sahabat bertanya, “Bagaimana jika kami memperbanyak doa.” Beliau menjawab, “Allah lebih memperbanyak lagi.” (HR. Ahmad, Al Bazzar dan Abu Ya’la dengan sanad-sanad yang jayyid, dan diriwayatkan pula oleh Hakim, ia berkata, “Shahih isnadnya.” Hadits ini dinyatakan “Hasan shahih” oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib no. 1633)
B.     Adab Dalam Berdoa[3]
Berdoa merupakan hal yang penting dan tentunya kita berharap agar doa yang kita panjatkan bisa dikabulkan oleh Allah. Dalam hal ini, adab dalam berdoa sangat diperlukan. Adapun adab dan sebab doa dikabulkan adalah sebagai berikut:
1.        Memulai dengan memuji Allah dan menyanjung-Nya, kemudian bershalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan menutup dengannya.
Fudhalah bin 'Ubaid radhiyallahu 'anhu berkata:
سَمِعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلًا يَدْعُو فِي صَلَاتِهِ لَمْ يُمَجِّدِ اللَّهَ تَعَالَى، وَلَمْ يُصَلِّ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «عَجِلَ هَذَا» ، ثُمَّ دَعَاهُ فَقَالَ لَهُ: - أَوْ لِغَيْرِهِ - «إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ، فَلْيَبْدَأْ بِتَمْجِيدِ رَبِّهِ جَلَّ وَعَزَّ، وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ، ثُمَّ يُصَلِّي عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ يَدْعُو بَعْدُ بِمَا شَاءَ»
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mendengar seseorang berdoa dalam shalatnya, namun tidak mengagungkan Allah Ta'ala dan tidak bershalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, maka Rasululullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Orang ini terburu-buru." Kemudian Beliau memanggilnya dan bersabda kepadanya atau kepada yang lain, "Apabila salah seorang di antara kamu shalat, maka hendaklah ia memulai dengan mengagungkan Tuhannya 'Azza wa Jalla dan memuji-Nya, kemudian bershalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu berdoa dengan apa yang dia inginkan." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani)
2.        Serius dalam berdoa dan yakin akan dikabulkan. Rasulullah shallallȃhu 'alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يَقُولَنَّ أَحَدُكُمْ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي إِنْ شِئْتَ، اللَّهُمَّ ارْحَمْنِي إِنْ شِئْتَ، لِيَعْزِمِ المَسْأَلَةَ، فَإِنَّهُ لاَ مُكْرِهَ لَه
"Janganlah sekali-kali salah seorang di antara kamu berkata, "Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau menghendaki. Ya Allah, sayangilah aku jika Engkau menghendaki. Hendaklah ia serius meminta, karena tidak ada yang memaksa-Nya." (HR. Bukhari dan Muslim)

ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ، وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لَاهٍ
"Berdoalah kepada Allah dalam keadaan kalian yakin akan dikabulkan. Ketahuilah, bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari (orang) yang hatinya lalai lagi lengah." (HR. Tirmidzi dan Hakim, dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 245)
3.        Mendesak dalam berdoa dan tidak terburu-buru. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ، يَقُولُ: دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي
"Akan dikabulkan doa salah seorang di antara kamu selama ia tidak terburu-buru, yaitu ia mengatakan, "Aku berdoa, tetapi belum dikabulkan." (HR. Bukhari dan Muslim)

لَا يَزَالُ يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ، مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ، مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ» قِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ مَا الِاسْتِعْجَالُ؟ قَالَ: يَقُولُ: «قَدْ دَعَوْتُ وَقَدْ دَعَوْتُ، فَلَمْ أَرَ يَسْتَجِيبُ لِي، فَيَسْتَحْسِرُ عِنْدَ ذَلِكَ وَيَدَعُ الدُّعَاء
"Akan senantiasa dikabulkan doa seorang hamba selama ia tidak berdoa yang isinya dosa dan memutuskan tali silaturrahim, dan selama ia tidak terburu-buru." Ada yang bertanya, "Wahai Rasulullah, apa itu terburu-buru?" Beliau menjawab, "Ia mengatakan, 'saya sudah berdoa, tetapi belum juga dikabulkan, akhirnya ia malas dan meninggalkan doa." (HR. Muslim)
4.        Tidak mendoakan keburukan kepada keluarga, harta, anak dan diri sendiri. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لَا تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ، وَلَا تَدْعُوا عَلَى أَوْلَادِكُمْ، وَلَا تَدْعُوا عَلَى أَمْوَالِكُمْ، لَا تُوَافِقُوا مِنَ اللهِ سَاعَةً يُسْأَلُ فِيهَا عَطَاءٌ، فَيَسْتَجِيبُ لَكُم[4]
"Janganlah kalian mendoakan keburukan kepada diri kalian, juga jangan kepada anak kalian dan harta kalian, agar kalian tidak bertepatan dengan waktu yang jika diminta, maka Dia akan mengabulkannya." (HR. Muslim)
5.        Merendahkan suara antara pelan sekali dan keras, lihat surah Al A'raaf: 55 dan 205.

6.        Tidak memberatkan diri dengan bersajak (berpuisi) dalam berdoa. Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu berkata:
حَدِّثِ النَّاسَ كُلَّ جُمُعَةٍ مَرَّةً، فَإِنْ أَبَيْتَ فَمَرَّتَيْنِ، فَإِنْ أَكْثَرْتَ فَثَلاَثَ مِرَارٍ، وَلاَ تُمِلَّ النَّاسَ هَذَا القُرْآنَ، وَلاَ أُلْفِيَنَّكَ تَأْتِي القَوْمَ وَهُمْ فِي حَدِيثٍ مِنْ حَدِيثِهِمْ، فَتَقُصُّ عَلَيْهِمْ، فَتَقْطَعُ عَلَيْهِمْ حَدِيثَهُمْ فَتُمِلُّهُمْ، وَلَكِنْ أَنْصِتْ، فَإِذَا أَمَرُوكَ فَحَدِّثْهُمْ وَهُمْ يَشْتَهُونَهُ، فَانْظُرِ السَّجْعَ مِنَ الدُّعَاءِ فَاجْتَنِبْهُ» ، فَإِنِّي عَهِدْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابَهُ لَا يَفْعَلُونَ إِلَّا ذَلِكَ يَعْنِي لاَ يَفْعَلُونَ إِلَّا ذَلِكَ الِاجْتِنَاب
"Sampaikanlah (nasihat) kepada manusia sejum'at (sepekan) sekali. Jika engkau tidak suka, maka dua kali, dan jika engkau ingin menambah, maka cukup tiga kali. Jangan membuat manusia bosan terhadap Al Qur'an ini. Dan aku tidak ingin sama sekali engkau mendatangi orang yang baru sadar, lalu engkau sampaikan kisah kepada mereka sehingga kamu putuskan pembicaraan (aktifitas) mereka, akhrnya kamu membuat mereka bosan. Akan tetapi berhentilah. Jika mereka menyuruh(meminta)mu, maka sampaikanlah (nasihat) sedang mereka dalam keadaan suka. Perhatikanlah masalah berdoa dengan sajak (puisi), jauhilah ia. Karena yang aku tahu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya tidak melakukan selain itu, yakni meninggalkannya." (Diriwayatkan oleh Bukhari)     
7.        Tidak berdoa yang isinya dosa dan memutuskan tali silaturrahim (telah disebutkan haditsnya).
8.        Mengulangi doa sebanyak tiga kali.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَا اسْتَجَارَ عَبْدٌ مِنَ النَّارِ ثَلَاثَ مِرَارٍ إِلَّا قَالَتِ النَّارُ: اللهُمَّ أَجِرْهُ مِنِّي، وَلَا يَسْأَلُ الْجَنَّةَ إِلَّا قَالَتِ الْجَنَّةُ: اللهُمَّ أَدْخِلْهُ إِيَّايَ
"Tidaklah seorang hamba meminta perlindungan dari neraka sebanyak tiga kali, kecuali neraka akan berkata, "Ya Allah, lindungilah dia dariku." Dan tidaklah ia meminta surga kecuali, surga akan berkata, "Ya Allah, masukkanlah ia kepadaku." (HR. Ahmad, Syaikh Syu'aib Al Arnauth berkata, "Hadits shahih, dan isnad ini hasan karena ada Yunus bin Abu Ishaq, namun ia dimutaba'ahkan.")
9.        Menghadap kiblat, sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menghadap ke kiblat dalam doa istisqa' (meminta hujan) dan beberapa keadaan lainnya.
10.    Mengangkat kedua tangan, lihat hadits no. 13.
11.    Berwudhu' sebelum berdoa jika memungkinkan.
12.    Tidak berlebihan dalam berdoa.
Abdullah bin Mughaffal pernah mendengar anaknya berdoa, "Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu istana putih di sebelah kanan surga apabila aku memasukinya," maka Abdullah bin Mughaffal berkata, "Wahai anakku, mintalah surga kepada Allah dan berlindunglah kepada-Nya dari neraka. Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّهُ سَيَكُونُ فِي هَذِهِ الْأُمَّةِ قَوْمٌ يَعْتَدُونَ فِي الطَّهُورِ وَالدُّعَاء
"Sesunggunya akan ada di umat ini orang-orang yang berlebihan dalam bersuci dan dalam berdoa." (HR. Abu Dawud, dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani).
13.    Memulai dalam berdoa untuk dirinya sendiri, jika ia hendak mendoakan orang lain.
Syaikh Sa'id Al Qahthani berkata, "Telah sah dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa Beliau berdoa dengan memulai dari dirinya. Demikian juga telah sah, bahwa Beliau pernah tidak memulai dari dirinya, seperti doa Beliau untuk Anas, Ibnu 'Abbas, ibu Isma'il dan lain-lain, lihat rincian tentang masalah ini dalam Syarah Nawawi terhadap Shahih Muslim 15/144, Tuhfatul Ahwadzi Syarh Sunan At Tirmidzi 9/338, dan Shahih Bukhari dengan Al Fath-nya 1/218." (Ad Du'aa minal Kitab was Sunnah hal. 10)
14.    Bertawassul dengan nama-nama Allah yang indah (lihat Al Israa': 110), sifat-sifat-Nya yang tinggi, atau dengan amal saleh yang dilakukan oleh orang yang berdoa, atau melalui doa seorang yang saleh yang masih hidup dan hadir di hadapannya (sebagaiman Umar bin Khaththab meminta Abbas bin Abdul Muththalib untuk berdoa kepada Allah meminta hujan turun).
C.    Sebab Dikabulkannya Doa[5]
1.      Menjauhi maksiat.
2.      Melakukan amr ma'ruf dan nahi mungkar. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ المُنْكَرِ أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُونَهُ فَلَا يُسْتَجَابُ لَكُمْ
"Demi Allah yang jiwaku di Tangan-Nya, kamu harus melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar, atau Allah segera mengirimkan hukuman dari-Nya, sehingga ketika kalian berdoa, maka doa kalian tidak dikabulkan." (HR. Ahmad dan Tirmidzi, dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 7070)
3.      Makanan, minuman, dan pakaiannya dari yang halal, lihat hadits di atas.
4.      Mengembalikan barang yang diambil secara zalim kepada pemiliknya disertai dengan meminta maaf dan bertobat kepada Allah Subhaanahu wa Ta;ala. Jika ia merasa malu mengembalikan, maka ia bisa melalui kawannya agar menyerahkan barang itu kepada yang punya sambil meminta maafnya dan meminta agar tidak disebutkan namanya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ تَعَالَى طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّباً، وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِيْنَ فَقَالَ تَعَالَى :  يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحاً  وَقاَلَ تَعَالَى : يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ  ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ ياَ رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِّيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لَهُ .
“Sesungguhnya Allah Ta’ala baik, tidak menerima kecuali yang baik. Allah memerintahkan orang-orang yang beriman sebagaimana Dia memerintahkan para rasul-Nya dengan firman-Nya, “Wahai para rasul! Makanlah yang baik-baik dan beramal salehlah.” Dan Dia berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah yang baik-baik dari apa yang Kami rezekikan kepada kamu.” Kemudian beliau menyebutkan tentang seseorang yang melakukan perjalan jauh dalam keadaan rambutnya kusut lagi berdebu. Orang itu mengangkat kedua tangannya ke langit sambil berkata, “Ya Rabbi, ya Rabbi,” padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan kebutuhannya dipenuhi dari sesuatu yang haram, maka  bagaimana doanya akan dikabulkan?” (HR. Muslim)
5.      Merendahkan diri, khusyu', berharap dan cemas dalam berdoa, lihat surah Al An'aam: 43 dan Al A'raaf: 55-56.
6.      Tidak meminta selain kepada Allah Subhaanahu wa Ta'ala saja. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ
"Apabila kamu meminta, maka mintalah kepada Allah, dan apabila kamu meminta pertolongan, maka mintalah pertolongan kepada Allah." (HR. Tirmidzi, ia berkata: "Hadits hasan shahih," dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani)
7.       Tetap terus berdoa, baik dalam kondisi lapang maupun sempit. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَسْتَجِيبَ اللَّهُ لَهُ عِنْدَ الشَّدَائِدِ وَالكَرْبِ فَلْيُكْثِرِ الدُّعَاءَ فِي الرَّخَاءِ
"Barang siapa yang suka Allah mengabulkan doanya ketika susah dan menderita, maka hendaknya ia memperbanyak doa ketika lapang." (HR. Tirmidzi dan Hakim, dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 6290)
8.       Hadirnya hati ketika berdoa, lihat haditsnya di no. 3.
9.      Ikhlas karena Allah Subhȃnahu Ta'ȃla (lihat surat Al Mu'minun: 65)
لَا تَجْأَرُوا الْيَوْمَ إِنَّكُمْ مِنَّا لَا تُنْصَرُونَ (65)
Artinya:
Janganlah kamu memekik minta tolong pada hari ini. Sesungguhnya kamu tiada akan mendapat pertolongan dari Kami.

Para mufassir berpendapat bahwa maksud dari pada ayat tersebut adalah bahwa orang mu’min hususnya yang tengah berdoa untuk tidak meminta kepada selain Allah SWT dan senantiasa pasrah, ikhlas lillahi ta’ala
BAB III  

PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, Allah telah menyebutkan keutamaan doa dalam Kalam-Nya, yaitu Al-Qur’an. Dalam Hadits, Rasulullah juga menyebutkan tentang keutamaan doa. Jadi tidak perlu diragukan lagi bahwa doa itu penting dan memiliki keutamaan.
Ada beberapa sebab doa seseorang tidak segera dikabulkan oleh Allah. Ini bukan karena Allah tidak mendengar, sebagaimana yang kita ketahui dan yakini bahwa Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui segala sesuatu. Ketika doa tidak segera dikabulkan, mungkin karena kesalahan hamba sendiri yang tidak mengetahui cara memohon dan berdoa yang tepat atau mungkin karena Allah ingin menguji hamba-Nya dan akan menaikkannya ke derajat yang lebih tinggi jika mampu melewati cobaan
Dalam hal ini, adab ketika berdoa perlu diperhatikan agar doa yang kita panjatkan segara ijabahi dan dikabulkan oleh Allah. Di atas telah dipaparkan beberapa adab ketika berdoa. Jangan pernah merasa pesimis ketika berdoa. Yakinlah bahwa setiap doa hamba pasti di dengar oleh Allah dan akan dikabulkan. Wallahu a’lam.

 daftar pustaka

Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al Badr. Adz Dzikru wad Du'aa
Dr. Sa'id bin Ali Al Qahthaniy.  Ad Du'aa minal Kitaab was Sunnah
Markaz Nurul Islam li Abhaatsil Qur'ani wa as Sunnah.
Al Mausuu'ah Al Hadiitsiyyah Al Mushaghgharah
Al Maktabatusy Syaamilah versi 3.39  dll.
Marwan bin Musa


[1] Dr. Sa'id bin Ali Al Qahthaniy.  Ad Du'aa minal Kitaab was Sunnah hal. 45
[2] Syameeela library
[4] Shohih muslim.shameela library

0 comments:

Post a Comment

Tuesday 7 May 2013

doa yang terkabul dan tidak terkabul

Allah berfirman dalam qur'annya "berdoalah kepadaKu niscaya kan Ku kabulkan.." dalam berdoa adakalanya doa kita terkabul dan kadang kala tak terkabul. hal ini terkait dengan hal-hal yang terdapat dalam diri kita, apakah kita telah menjauhi hal-hal yang haram dan munkar?? begitulah kiranya apa-apa yang harus kita fikirkan. bibawah ini merupakan makalah kami terkait dengan doa. 

 DOA Keutamaan Doa, Adab dan Sebab Dikabulkannya 

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Hadis Aqidah 

Dosen : Drs. H. M. Yusuf, M.Ag. 

Disusun oleh :

 Kelompok 9

 1. Barokatun Nisa (12531146)

 2. Nusaibah (12531148)

 Jurusan Tafsir-Hadis Fakultas Ushuluddin, Studi Agama, dan Pemikiran Islam

  Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

 2013



 Daftar isi

 Kata Pengantar ........................................................................................................ 3

 BAB I
 A. Latar Belakang Masalah............................................................................................4
 B. Rumusan Masalah....................................................................................................5
 C. Tujuan .......................................................................................................................5

 BAB II 
PEMBAHASAN

 A. Keutamaan Doa
 B.  Adab berdoa
 C. Sebab Doa Dikabulkan

 a. Keutamaan Doa ..............................................................................................6
 b. Adab Dan Sebab Doa Dikabulkan.................................................................7

 BAB III
 PENUTUP
 A. Kesimpulan ..................................................................................................... 14

 DAFTAR PUSTAKA 15



 Kata pengantar 

Alhamdulillah wasyukru lillah, puji syukur kehadirat Allah yang maha rahman lagi maha pemberi dan pengabul doa. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kehadirat rasulullah Muhammad SAW besrta sahabat dan keluarganya ynag telah membimbing kita semua pada keimanan ynag dapat mendekatkan kita pada sang khaliq. Amin.
 Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada bapak. Yusuf yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini, sehingga dapat terselesaikan dengan optimal sesuai kemampuan kami. Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada teman-teman yang dengan sukarela menyumbangkan ide-ide briliannya sehingga dapat kami jadikan sebagai bahan pembanding dalam penulisan makalah ini.
 Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah demi memenuhi tugas mata kuliah Hadis Aqidah dengan tema “Doa, yang tertolak dan diijabahi”.
 Harapan kami semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai sumber wawasan hususnya tentang doa dan rujukan teman-teman dalam diskusi seputar tema diatas. Kami menyadari dalam penulisan makalah ini tentu banyak diju mpai kesalahan maupun kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman semua demi perbaikan dalam penulisan makalah kami selanjutnya.
 Dan akhirnya, kami selaku penulismeminta maaf dan berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembelajaran dimasa selanjutnya, baik bagi kami sendiri maupun bagi teman-teman yang lain. Amiin.

 Penulis

 BAB I 
PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang Masalah

 Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah dan sebagai khalifah di bumi yang menerima amanat-Nya untuk mengelola kekayaan alam. Sebagai hamba Allah yang mempunyai kewajiban untuk beribadah dan menyembah kepada-Nya dengan tulus.
 Banyak dari kita tidak mengetahui pentingnya doa dan keutamaan doa dalam kehidupan. Sebagai orang yang beriman kepada Allah, doa merupakan hal yang penting dan tak pernah lepas dari kehidupan kita baik dalam melakukan sesuatu, dan pada saat mengawali maupun mengakhiri sesuatu. Sebagai hamba, menjadi hal yang wajar ketika kita memohon dan berdoa kepada Allah. Kita tidak punya daya dan upaya untuk menjalani kehidupan ini tanpa kekuasaan dan kehendak-Nya. Sebagai sumber pedoman, Al-Qur’an dan Hadits juga memuat tentang keutamaan doa. Allah telah menjanjikan akan mengabulkan doa hamba-Nya dan memberikan adzab kepada mereka yang menyombongkan diri dengan tidak mau berdoa. Allah itu dekat, dan Dia akan mengabulkan doa hamba-Nya.
 Melihat pernyataan di atas, terkadang doa yang telah dipanjatkan tidak langsung dikabulkan oleh-Nya. Dalam hal ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Seperti tidak mantapnya hati dalam berdoa, tidak khusyu’, dan sebagainya. Allah itu sesuai prasangka hamba-Nya. Ketika hamba-Nya yakin bahwa doanya akan dikabulkan, pasti akan dikabulkan, begitu sebaliknya.
 Selain itu, juga diperlukan adab atau tata krama ketika berdoa. Kepada sesama manusia saja kita harus memiliki tata krama apalagi kepada Allah Sang Pencipta yang Maha Agung. Adab dalam berdoa juga sangat berpengaruh terhadap segera dikabulkannya doa seseorang atau tidak.

 B. Rumusan Masalah

 a. Apa saja keutamaan doa?
 b. Bagaimana adab dalam berdoa dan sebab dikabulkannya doa?

 C. Tujuan

 Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan diharapkan bermanfaat bagi kita semua. 

BAB II
 PEMBAHASAN



Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina." (Terj. Al Mu'min: 60)
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwa Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (Terj. Al Baqarah: 186)

Rasulullah Shallallȃhu 'Alaihi Wa Sallam bersabda:[2]
«الدُّعَاءُ هُوَ العِبَادَةُ» ، وَقَرَأَ: {وَقَالَ رَبُّكُمْ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ} [غافر: 60]- إِلَى قَوْلِهِ - {دَاخِرِينَ} [غافر: 60]

"Doa adalah ibadah." Kemudian Beliau membaca ayat, "Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu…dst. sampai, "keadaan hina dina." (HR. Tirmidzi, ia berkata, "Hadits ini hasan shahih.")

لَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَمُ عَلَى اللهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ
 "Tidak ada sesuatu yang paling mulia bagi Allah Ta'ala daripada doa." (HR. Ahmad, Bukhari dalam Al Adabul Mufrad, Tirmidzi dan Hakim, dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 5392)

إِنَّهُ مَنْ لَمْ يَسْأَلِ اللَّهَ يَغْضَبْ عَلَيْه
"Sesungguhnya barang siapa yang tidak meminta kepada Allah, maka Allah akan murka kepadanya." (HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahîhul Jȃmi' no. 2418)

إِنَّ رَبَّكُمْ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَيِيٌّ كَرِيمٌ، يَسْتَحْيِي مِنْ عَبْدِهِ إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ إِلَيْهِ، أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا
"Sesungguhnya Tuhanmu Tabaaraka wa Ta'ala Pemalu dan Mahamulia, Dia malu jika hamba-Nya mengangkat kedua tangannya kepada-Nya, namun dikembalikan dalam keadaan hampa." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, dan dishahikan oleh Syaikh Al Albani. Al Hafizh Ibnu Hajar berkata, "Sanadnya jayyid.")

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلَا قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلَّا أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلَاثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنْ السُّوءِ مِثْلَهَا قَالُوا إِذًا نُكْثِرُ قَالَ اللَّهُ أَكْثَرُ
“Tidak ada seorang muslim yang berdoa suatu doa yang di dalamnya tidak ada dosa dan memutuskan tali silaturrahim, kecuali Allah akan memberikan karena doa itu salah satu dari tiga keadaan; bisa saja doanya disegerakan, bisa juga Allah simpan untuknya di akhirat dan bisa juga Allah hindarkan dia dari keburukan semisalnya.” Para sahabat bertanya, “Bagaimana jika kami memperbanyak doa.” Beliau menjawab, “Allah lebih memperbanyak lagi.” (HR. Ahmad, Al Bazzar dan Abu Ya’la dengan sanad-sanad yang jayyid, dan diriwayatkan pula oleh Hakim, ia berkata, “Shahih isnadnya.” Hadits ini dinyatakan “Hasan shahih” oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib no. 1633)
B.     Adab Dalam Berdoa[3]
Berdoa merupakan hal yang penting dan tentunya kita berharap agar doa yang kita panjatkan bisa dikabulkan oleh Allah. Dalam hal ini, adab dalam berdoa sangat diperlukan. Adapun adab dan sebab doa dikabulkan adalah sebagai berikut:
1.        Memulai dengan memuji Allah dan menyanjung-Nya, kemudian bershalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan menutup dengannya.
Fudhalah bin 'Ubaid radhiyallahu 'anhu berkata:
سَمِعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلًا يَدْعُو فِي صَلَاتِهِ لَمْ يُمَجِّدِ اللَّهَ تَعَالَى، وَلَمْ يُصَلِّ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «عَجِلَ هَذَا» ، ثُمَّ دَعَاهُ فَقَالَ لَهُ: - أَوْ لِغَيْرِهِ - «إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ، فَلْيَبْدَأْ بِتَمْجِيدِ رَبِّهِ جَلَّ وَعَزَّ، وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ، ثُمَّ يُصَلِّي عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ يَدْعُو بَعْدُ بِمَا شَاءَ»
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mendengar seseorang berdoa dalam shalatnya, namun tidak mengagungkan Allah Ta'ala dan tidak bershalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, maka Rasululullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Orang ini terburu-buru." Kemudian Beliau memanggilnya dan bersabda kepadanya atau kepada yang lain, "Apabila salah seorang di antara kamu shalat, maka hendaklah ia memulai dengan mengagungkan Tuhannya 'Azza wa Jalla dan memuji-Nya, kemudian bershalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu berdoa dengan apa yang dia inginkan." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani)
2.        Serius dalam berdoa dan yakin akan dikabulkan. Rasulullah shallallȃhu 'alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يَقُولَنَّ أَحَدُكُمْ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي إِنْ شِئْتَ، اللَّهُمَّ ارْحَمْنِي إِنْ شِئْتَ، لِيَعْزِمِ المَسْأَلَةَ، فَإِنَّهُ لاَ مُكْرِهَ لَه
"Janganlah sekali-kali salah seorang di antara kamu berkata, "Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau menghendaki. Ya Allah, sayangilah aku jika Engkau menghendaki. Hendaklah ia serius meminta, karena tidak ada yang memaksa-Nya." (HR. Bukhari dan Muslim)

ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ، وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لَاهٍ
"Berdoalah kepada Allah dalam keadaan kalian yakin akan dikabulkan. Ketahuilah, bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari (orang) yang hatinya lalai lagi lengah." (HR. Tirmidzi dan Hakim, dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 245)
3.        Mendesak dalam berdoa dan tidak terburu-buru. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ، يَقُولُ: دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي
"Akan dikabulkan doa salah seorang di antara kamu selama ia tidak terburu-buru, yaitu ia mengatakan, "Aku berdoa, tetapi belum dikabulkan." (HR. Bukhari dan Muslim)

لَا يَزَالُ يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ، مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ، مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ» قِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ مَا الِاسْتِعْجَالُ؟ قَالَ: يَقُولُ: «قَدْ دَعَوْتُ وَقَدْ دَعَوْتُ، فَلَمْ أَرَ يَسْتَجِيبُ لِي، فَيَسْتَحْسِرُ عِنْدَ ذَلِكَ وَيَدَعُ الدُّعَاء
"Akan senantiasa dikabulkan doa seorang hamba selama ia tidak berdoa yang isinya dosa dan memutuskan tali silaturrahim, dan selama ia tidak terburu-buru." Ada yang bertanya, "Wahai Rasulullah, apa itu terburu-buru?" Beliau menjawab, "Ia mengatakan, 'saya sudah berdoa, tetapi belum juga dikabulkan, akhirnya ia malas dan meninggalkan doa." (HR. Muslim)
4.        Tidak mendoakan keburukan kepada keluarga, harta, anak dan diri sendiri. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لَا تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ، وَلَا تَدْعُوا عَلَى أَوْلَادِكُمْ، وَلَا تَدْعُوا عَلَى أَمْوَالِكُمْ، لَا تُوَافِقُوا مِنَ اللهِ سَاعَةً يُسْأَلُ فِيهَا عَطَاءٌ، فَيَسْتَجِيبُ لَكُم[4]
"Janganlah kalian mendoakan keburukan kepada diri kalian, juga jangan kepada anak kalian dan harta kalian, agar kalian tidak bertepatan dengan waktu yang jika diminta, maka Dia akan mengabulkannya." (HR. Muslim)
5.        Merendahkan suara antara pelan sekali dan keras, lihat surah Al A'raaf: 55 dan 205.

6.        Tidak memberatkan diri dengan bersajak (berpuisi) dalam berdoa. Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu berkata:
حَدِّثِ النَّاسَ كُلَّ جُمُعَةٍ مَرَّةً، فَإِنْ أَبَيْتَ فَمَرَّتَيْنِ، فَإِنْ أَكْثَرْتَ فَثَلاَثَ مِرَارٍ، وَلاَ تُمِلَّ النَّاسَ هَذَا القُرْآنَ، وَلاَ أُلْفِيَنَّكَ تَأْتِي القَوْمَ وَهُمْ فِي حَدِيثٍ مِنْ حَدِيثِهِمْ، فَتَقُصُّ عَلَيْهِمْ، فَتَقْطَعُ عَلَيْهِمْ حَدِيثَهُمْ فَتُمِلُّهُمْ، وَلَكِنْ أَنْصِتْ، فَإِذَا أَمَرُوكَ فَحَدِّثْهُمْ وَهُمْ يَشْتَهُونَهُ، فَانْظُرِ السَّجْعَ مِنَ الدُّعَاءِ فَاجْتَنِبْهُ» ، فَإِنِّي عَهِدْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابَهُ لَا يَفْعَلُونَ إِلَّا ذَلِكَ يَعْنِي لاَ يَفْعَلُونَ إِلَّا ذَلِكَ الِاجْتِنَاب
"Sampaikanlah (nasihat) kepada manusia sejum'at (sepekan) sekali. Jika engkau tidak suka, maka dua kali, dan jika engkau ingin menambah, maka cukup tiga kali. Jangan membuat manusia bosan terhadap Al Qur'an ini. Dan aku tidak ingin sama sekali engkau mendatangi orang yang baru sadar, lalu engkau sampaikan kisah kepada mereka sehingga kamu putuskan pembicaraan (aktifitas) mereka, akhrnya kamu membuat mereka bosan. Akan tetapi berhentilah. Jika mereka menyuruh(meminta)mu, maka sampaikanlah (nasihat) sedang mereka dalam keadaan suka. Perhatikanlah masalah berdoa dengan sajak (puisi), jauhilah ia. Karena yang aku tahu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya tidak melakukan selain itu, yakni meninggalkannya." (Diriwayatkan oleh Bukhari)     
7.        Tidak berdoa yang isinya dosa dan memutuskan tali silaturrahim (telah disebutkan haditsnya).
8.        Mengulangi doa sebanyak tiga kali.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَا اسْتَجَارَ عَبْدٌ مِنَ النَّارِ ثَلَاثَ مِرَارٍ إِلَّا قَالَتِ النَّارُ: اللهُمَّ أَجِرْهُ مِنِّي، وَلَا يَسْأَلُ الْجَنَّةَ إِلَّا قَالَتِ الْجَنَّةُ: اللهُمَّ أَدْخِلْهُ إِيَّايَ
"Tidaklah seorang hamba meminta perlindungan dari neraka sebanyak tiga kali, kecuali neraka akan berkata, "Ya Allah, lindungilah dia dariku." Dan tidaklah ia meminta surga kecuali, surga akan berkata, "Ya Allah, masukkanlah ia kepadaku." (HR. Ahmad, Syaikh Syu'aib Al Arnauth berkata, "Hadits shahih, dan isnad ini hasan karena ada Yunus bin Abu Ishaq, namun ia dimutaba'ahkan.")
9.        Menghadap kiblat, sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menghadap ke kiblat dalam doa istisqa' (meminta hujan) dan beberapa keadaan lainnya.
10.    Mengangkat kedua tangan, lihat hadits no. 13.
11.    Berwudhu' sebelum berdoa jika memungkinkan.
12.    Tidak berlebihan dalam berdoa.
Abdullah bin Mughaffal pernah mendengar anaknya berdoa, "Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu istana putih di sebelah kanan surga apabila aku memasukinya," maka Abdullah bin Mughaffal berkata, "Wahai anakku, mintalah surga kepada Allah dan berlindunglah kepada-Nya dari neraka. Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّهُ سَيَكُونُ فِي هَذِهِ الْأُمَّةِ قَوْمٌ يَعْتَدُونَ فِي الطَّهُورِ وَالدُّعَاء
"Sesunggunya akan ada di umat ini orang-orang yang berlebihan dalam bersuci dan dalam berdoa." (HR. Abu Dawud, dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani).
13.    Memulai dalam berdoa untuk dirinya sendiri, jika ia hendak mendoakan orang lain.
Syaikh Sa'id Al Qahthani berkata, "Telah sah dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa Beliau berdoa dengan memulai dari dirinya. Demikian juga telah sah, bahwa Beliau pernah tidak memulai dari dirinya, seperti doa Beliau untuk Anas, Ibnu 'Abbas, ibu Isma'il dan lain-lain, lihat rincian tentang masalah ini dalam Syarah Nawawi terhadap Shahih Muslim 15/144, Tuhfatul Ahwadzi Syarh Sunan At Tirmidzi 9/338, dan Shahih Bukhari dengan Al Fath-nya 1/218." (Ad Du'aa minal Kitab was Sunnah hal. 10)
14.    Bertawassul dengan nama-nama Allah yang indah (lihat Al Israa': 110), sifat-sifat-Nya yang tinggi, atau dengan amal saleh yang dilakukan oleh orang yang berdoa, atau melalui doa seorang yang saleh yang masih hidup dan hadir di hadapannya (sebagaiman Umar bin Khaththab meminta Abbas bin Abdul Muththalib untuk berdoa kepada Allah meminta hujan turun).
C.    Sebab Dikabulkannya Doa[5]
1.      Menjauhi maksiat.
2.      Melakukan amr ma'ruf dan nahi mungkar. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ المُنْكَرِ أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُونَهُ فَلَا يُسْتَجَابُ لَكُمْ
"Demi Allah yang jiwaku di Tangan-Nya, kamu harus melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar, atau Allah segera mengirimkan hukuman dari-Nya, sehingga ketika kalian berdoa, maka doa kalian tidak dikabulkan." (HR. Ahmad dan Tirmidzi, dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 7070)
3.      Makanan, minuman, dan pakaiannya dari yang halal, lihat hadits di atas.
4.      Mengembalikan barang yang diambil secara zalim kepada pemiliknya disertai dengan meminta maaf dan bertobat kepada Allah Subhaanahu wa Ta;ala. Jika ia merasa malu mengembalikan, maka ia bisa melalui kawannya agar menyerahkan barang itu kepada yang punya sambil meminta maafnya dan meminta agar tidak disebutkan namanya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ تَعَالَى طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّباً، وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِيْنَ فَقَالَ تَعَالَى :  يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحاً  وَقاَلَ تَعَالَى : يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ  ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ ياَ رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِّيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لَهُ .
“Sesungguhnya Allah Ta’ala baik, tidak menerima kecuali yang baik. Allah memerintahkan orang-orang yang beriman sebagaimana Dia memerintahkan para rasul-Nya dengan firman-Nya, “Wahai para rasul! Makanlah yang baik-baik dan beramal salehlah.” Dan Dia berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah yang baik-baik dari apa yang Kami rezekikan kepada kamu.” Kemudian beliau menyebutkan tentang seseorang yang melakukan perjalan jauh dalam keadaan rambutnya kusut lagi berdebu. Orang itu mengangkat kedua tangannya ke langit sambil berkata, “Ya Rabbi, ya Rabbi,” padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan kebutuhannya dipenuhi dari sesuatu yang haram, maka  bagaimana doanya akan dikabulkan?” (HR. Muslim)
5.      Merendahkan diri, khusyu', berharap dan cemas dalam berdoa, lihat surah Al An'aam: 43 dan Al A'raaf: 55-56.
6.      Tidak meminta selain kepada Allah Subhaanahu wa Ta'ala saja. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ
"Apabila kamu meminta, maka mintalah kepada Allah, dan apabila kamu meminta pertolongan, maka mintalah pertolongan kepada Allah." (HR. Tirmidzi, ia berkata: "Hadits hasan shahih," dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani)
7.       Tetap terus berdoa, baik dalam kondisi lapang maupun sempit. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَسْتَجِيبَ اللَّهُ لَهُ عِنْدَ الشَّدَائِدِ وَالكَرْبِ فَلْيُكْثِرِ الدُّعَاءَ فِي الرَّخَاءِ
"Barang siapa yang suka Allah mengabulkan doanya ketika susah dan menderita, maka hendaknya ia memperbanyak doa ketika lapang." (HR. Tirmidzi dan Hakim, dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 6290)
8.       Hadirnya hati ketika berdoa, lihat haditsnya di no. 3.
9.      Ikhlas karena Allah Subhȃnahu Ta'ȃla (lihat surat Al Mu'minun: 65)
لَا تَجْأَرُوا الْيَوْمَ إِنَّكُمْ مِنَّا لَا تُنْصَرُونَ (65)
Artinya:
Janganlah kamu memekik minta tolong pada hari ini. Sesungguhnya kamu tiada akan mendapat pertolongan dari Kami.

Para mufassir berpendapat bahwa maksud dari pada ayat tersebut adalah bahwa orang mu’min hususnya yang tengah berdoa untuk tidak meminta kepada selain Allah SWT dan senantiasa pasrah, ikhlas lillahi ta’ala
BAB III  

PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, Allah telah menyebutkan keutamaan doa dalam Kalam-Nya, yaitu Al-Qur’an. Dalam Hadits, Rasulullah juga menyebutkan tentang keutamaan doa. Jadi tidak perlu diragukan lagi bahwa doa itu penting dan memiliki keutamaan.
Ada beberapa sebab doa seseorang tidak segera dikabulkan oleh Allah. Ini bukan karena Allah tidak mendengar, sebagaimana yang kita ketahui dan yakini bahwa Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui segala sesuatu. Ketika doa tidak segera dikabulkan, mungkin karena kesalahan hamba sendiri yang tidak mengetahui cara memohon dan berdoa yang tepat atau mungkin karena Allah ingin menguji hamba-Nya dan akan menaikkannya ke derajat yang lebih tinggi jika mampu melewati cobaan
Dalam hal ini, adab ketika berdoa perlu diperhatikan agar doa yang kita panjatkan segara ijabahi dan dikabulkan oleh Allah. Di atas telah dipaparkan beberapa adab ketika berdoa. Jangan pernah merasa pesimis ketika berdoa. Yakinlah bahwa setiap doa hamba pasti di dengar oleh Allah dan akan dikabulkan. Wallahu a’lam.

 daftar pustaka

Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al Badr. Adz Dzikru wad Du'aa
Dr. Sa'id bin Ali Al Qahthaniy.  Ad Du'aa minal Kitaab was Sunnah
Markaz Nurul Islam li Abhaatsil Qur'ani wa as Sunnah.
Al Mausuu'ah Al Hadiitsiyyah Al Mushaghgharah
Al Maktabatusy Syaamilah versi 3.39  dll.
Marwan bin Musa


[1] Dr. Sa'id bin Ali Al Qahthaniy.  Ad Du'aa minal Kitaab was Sunnah hal. 45
[2] Syameeela library
[4] Shohih muslim.shameela library

0 comments:

Post a Comment