Tulisan dibawah ini adalah cuplikan dari makalah yang aq buat bareng dengan dua temen terkeren q. namanya Fatih sama Ridha. emang masih gambaran besar sih, tapi semoga saja bisa digunakan sebagai referensi awal bagi temen-temen lah.. :)
Makna Khosyyah dan Khusr Dalam al-Qur'an
1. KHOSYYAH
1. KHOSYYAH
a.
Pengertian Khosyyah
Khosyyah
secara etimologi adalah bentuk mashdar dari Fi'il Madhi خشي – يخشى – خشية . yang mempunyai arti
takut. Ibnu Mandhur mengartikan Khosyah sebagai Khauf, yakni rasa takut[1].
al-Raghib al-Asfihani juga menjelaskan dengan detail dan spesifik dalam
kitabnya Mu'jamu Mufradati Alfadzil Qur'an, makna dari kata Khosyyah,
yaitu rasa takut yang dilandasi dengan
sikap mengagungkan. Kebanyakan dalam penggunaan kata tersebut didasari dengan
pengetahuan mengenai hal tersebut (sesuatu yang ditakuti). Oleh karena itu kata khasyyah
tersebut dikhususkan hanya untuk para ulama.
Selain itu, Abu Hilal al-Askari dalam kitabnya al-Furuq
al-Lughawiyyah juga menjelaskan bahwasanya Khosyyah adalah suatu
perasaan yang muncul ketika merasakan keagungan dan wibawa sang Pencipta, takut
terhalang dengan-Nya. Perasaaan ini hanya muncul bagi orang yang mengetahui
kebesasaran Allah dan merasakan nikmatnya ber-taqarrub (dekat) kepada Allah.
Karena itu Allah SWT berfirman: " Sesungguhnya yang takut
kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah Ulama". Lebih jauh lagi beliau menjelaskan lafadz khauf _yang kalu kita artikan dalam bahasa
indonesia adalah takut (sama dengan khosyyah)_ bahwasanya Khauf itu
berhubungan dengan sesuatu yang dibenci dan meninggalkan sesuatu tersebut.
Al-Thusi juga berpendapat bahwasannya meskipun Khasyah dan Khauf dari segi
bahasa mempunyai makna yang sama, namun keduanya mempunyai sense (rasa) yang berbeda.
a. Khosyyah dalam al-Qur’an
Di dalam al-Qur'an , kata Khosyyah dalam berbagai bentuk
derivasinya sejauh yang ditemukan oleh penulis sebanyak 48 kata.[2]
Menggunakan fi’il madhi sebanyak 6 kali, fi’il mudhori’ sebanyak 29 kali, fi’il
amr sebanyak 5 kali, dan mashdar sebanyak 8 kali. Adapun rinciannya adalah
sebagai berikut:
Lafadz
|
Jumlah
|
خشي
|
4 kata
|
خشيت
|
1 kata
|
خشينا
|
1 kata
|
تخشى
|
3 kata
|
تخشاه
|
1 kata
|
تخشوا
|
1 kata
|
تخشون
|
1 kata
|
أتخشونهم
|
1 kata
|
تخشوه
|
1 kata
|
تخشوهم
|
2 kata
|
نخشى
|
1 kata
|
يخش
|
3 kata
|
يخشى
|
6 kata
|
يخشاها
|
1 kata
|
يخشون
|
7 kata
|
يخشونه
|
1 kata
|
واخشوا
|
1 kata
|
واخشون
|
2 kata
|
واخشوني
|
1 kata
|
فاخشوهم
|
1 kata
|
خشية
|
7 kata
|
خشيته
|
1 kata
|
b.
Ragam Makna Khosyyah Dalam al-Qur'an
Didalam al-Qur’an sendiri, kata khosyyah memiliki makna yang
sangat bermacam-macam, dengan kata lain bahwa kata khosyyah itu tidak
mesti bermakna rasa takut yang timbul karena sikap mengagungkan dan takut akan
wibawa sang Pencipta seperti apa yang telah dijelaskan pada definisi diatas.
Makna khosyyah bisa berubah sesuai dengan konteks ayatnya. Diantara
makna khosyyah adalah:
1. Bermakna Rasa
Takut Akan Kebesaran Allah SWT
a.
Surat Fathir: 28
وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ
كَذَلِكَ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ اللَّهَ
عَزِيزٌ غَفُورٌ (28)
Artinya: "Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan
binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya).
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun". (QS. Fathir: 28)
Dalam
tafsirnya At-Thabari menjelaskan bahwa kata khasyah diatas adalah rasa takut
yang dimiliki oleh seseorang karena adanya pengetahuan yang ia miliki.
Sedangkan dalam kitab Mafatih Al-Ghaib karya Ar-Razi disebutkan bahwa khasyyah
atau rasa takut tersebut dimiliki seseorang berdasarkan keilmuan yang
dimilikinya. Hal ini sebagaimana ayat إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ (al-Hujurat:13(yang menerangkan bahwa sebuah karamah (kemuliaan)
didapatkan sesuai dengan kadar ketaqwaan yang dimiliki oleh seseorang.
b. Surat al-Mu'minun: 57
إِنَّ الَّذِينَ هُمْ مِنْ خَشْيَةِ رَبِّهِمْ مُشْفِقُونَ (57)
Artinya: " sesungguhnya orang-orang
yang berhati-hati karena takut akan adzab Tuhan mereka” (QS. almu’minun: 57)
Didalam kitab Jami’ al-Bayan, at-Thabari
menerangkan bahwa khasyah adalah perasaan takut yang menyebabkan seseorang akan
berusaha untuk terus berbuat baik untuk mencapai ridha Allah. Sedangkan dalam
kitab Mafatih al-Ghaib diterangkan bahwa khasyah adalah rasa takut yang
disertai dengan perasaan lemah, minder dan pesimis terhadap keagungan yang
dihadapi. Dikarenakan perasaan takut tersebut maka seseorang akan sebisa
mungkin menjauhi hal-hal yang dilarang dan berusaha untuk mencapai ridha Allah.
2. Bermakna Rasa Takut secara Umum
وَلَا تَقْتُلُوا
أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ إِنَّ
قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئًا كَبِيرًا(31)
Artinya: "Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar. (QS. Al-Isra': 31)
Menurut al-Thabari, Khasyah pada ayat di
atas adalah berarti al-Khauf (rasa takut), خوف
إقتار وفقر[3] Yakni rasa
takut akan kemiskinan, tidak mampu memberi makan kepada anak-anaknya.
3. rasa takut yang berlebihan
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ قِيلَ لَهُمْ
كُفُّوا أَيْدِيَكُمْ وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ فَلَمَّا كُتِبَ
عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ إِذَا فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَخْشَوْنَ النَّاسَ كَخَشْيَةِ
اللَّهِ أَوْ أَشَدَّ خَشْيَةً وَقَالُوا رَبَّنَا لِمَ كَتَبْتَ عَلَيْنَا
الْقِتَالَ لَوْلَا أَخَّرْتَنَا إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا
قَلِيلٌ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ لِمَنِ اتَّقَى وَلَا تُظْلَمُونَ فَتِيلًا) 77(
Artinya: Tidakkah kamu perhatikan
orang-orang yang dikatakan kepada mereka: "Tahanlah tanganmu (dari
berperang), dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!" Setelah
diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan
munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan
lebih sangat dari itu takutnya. Mereka berkata: "Ya Tuhan kami, mengapa
Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban
berperang) kepada kami beberapa waktu lagi?" Katakanlah: "Kesenangan
di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang
bertakwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikit pun.
Dalam kitabnya
at-Thobari dan ar-Razi mengatakan bahwa kata khasyah yang berada dalam ayat ini
adalah rasa takut yang timbul pada hati orang2 munafik yang takut kematian
dalam pepearngan. Hal ini dikarenakan mereka masih menikmati indahnya hidup dan
menganggap kematian adalah hal yang sangat menakutkan, sehingga mereka takut
terhadap musuh-musuh yang memerangi mereka dan bahkan rasa takut mereka lebih
besar dari pada rasa takut mereka kepada Allah.
4.
Rasa takut yang
menunujukkan kepasrahan pada Allah
وَمِنْ
حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا
كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَيْكُمْ
حُجَّةٌ إِلَّا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِي
وَلِأُتِمَّ نِعْمَتِي عَلَيْكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ(150)
Artinya : Dan dari mana saja kamu keluar,
maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja kamu
(sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujah
bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang lalim di antara mereka. Maka janganlah
kamu, takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Dan agar Kusempurnakan
nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk.
Pada
ayat diatas ar-razi berpendapat bahwa sudah sepatutnya rasa takut itu hanya
disandarkan pada Allah bukan kepada mereka –dalam hal ini orang kafir-, karena
walau bagaimana pun manusia tidak mempunyai kemampuan apapun dalam melakukan
sesuatu kecuali telah dikehendaki oleh Allah.
2. KHUSR
a. Pengertian Khusr
Secara etimologi berasal dari kata خسر-يخسر-خسران yang artinya adalah merugi atau menderita kerugian[4].
Sedangkan dalam kitab Mu’jam Mufradat Li
Alfadz Al-Qur’an disebutkan bahwa khusr adalah merugi, yang kemudian dikaitkan
dengan kondisi manusia. Kerugian ini bukan hanya menyangkut hal-hal yang
berkaitan dengan urusan duniawi manusia, namun juga berkaitan dengan urusan
ukhrowi mereka. Jika digunakan dalam kondisi duniawi, maka berarti makna dari khusr
disitu adalah kerugian yang diderita manusia dalam hal perdagangan, kekuasaan,
dan lain sebagainya. Sedangkan kerugian yang berkaitan dengan urusan ukhrowi
manusia adalah kerugian yang disebabkan karena pembangkangan mereka terhadap
nilai-nilai agama, yaitu dalam hal keimanan, ganjaran, keselamatan, dan lain
sebagainya.
b. Khusr Dalam
Al-Qur’an
Dalam al-qur’an ada 6 ayat yang mengandung
kata khusr dengan sekitar 8 kali penyebutan, yaitu :
خسر
|
5 kali
|
خسران
|
2 kali
|
خسْر
|
1 kali
|
c. Ragam Makna
Khusr Dalam Al-Qur’an
Adapun ragam makna khusr dalam
al-qur’an adalah sebagai berikut :
1. Kerugian yang besar
وَلَأُضِلَّنَّهُمْ وَلَأُمَنِّيَنَّهُمْ
وَلَآمُرَنَّهُمْ فَلَيُبَتِّكُنَّ آذَانَ الْأَنْعَامِ وَلَآمُرَنَّهُمْ
فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ اللَّهِ وَمَنْ يَتَّخِذِ الشَّيْطَانَ وَلِيًّا مِنْ
دُونِ اللَّهِ فَقَدْ خَسِرَ خُسْرَانًا مُبِينًا (119)
Artinya : Beginilah kamu, kamu sekalian
adalah orang-orang yang berdebat untuk (membela) mereka dalam kehidupan dunia
ini. Maka siapakah yang akan mendebat Allah untuk (membela) mereka pada hari
kiamat? Atau siapakah yang jadi pelindung mereka (terhadap siksa Allah)?
At-thobari berkata bahwa orang yang
bersandar dan berlindung dibelakang syetan ia hanya akan mendapati kerugian
yang besar. Hal ini tercermin dari pengulangan kata khusr yang dalam bahasa
arab biasanya disebut dengan ta'kid. Begitu juga hal yang disampaikan oleh
ar-razi bahwa janji syaitan kepada manusi hanyalah sebuah kebohongan belaka,
yang oleh karenanya banyak manusia merugi.
2. Penyesalan
قَدْ
خَسِرَ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِلِقَاءِ اللَّهِ حَتَّى إِذَا جَاءَتْهُمُ
السَّاعَةُ بَغْتَةً قَالُوا يَا حَسْرَتَنَا عَلَى مَا فَرَّطْنَا فِيهَا وَهُمْ
يَحْمِلُونَ أَوْزَارَهُمْ عَلَى ظُهُورِهِمْ أَلَا سَاءَ مَا يَزِرُونَ (31)
Artinya : Sungguh telah rugilah
orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Tuhan; sehingga apabila
kiamat datang kepada mereka dengan tiba-tiba, mereka berkata: "Alangkah
besarnya penyesalan kami terhadap kelalaian kami tentang kiamat itu!",
sambil mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Ingatlah, amatlah buruk apa yang mereka pikul
itu.
Dalam kitabnya ar-razi
menggambarkan bahwa manusia telah diberkati oleh Allah dengan bentuk akal,
jasmani dan rohani yang sempurna. Dikarenakan hal-hal tersebut, manusia mampu
menjadikan hidupnya lebih mudah dan fleksibel. Namu hal itu akan merugikan jika
tidak digunakan sebaik-baiknya, apalagi jika manusia tersebut mendustakan
ayat-ayatnya. Yaitu dengan gambaran orang yang menanam sesuatu yang tidak
mungkin tumbuh, yang ketika manusia itu sudah sampai dipenghujung umurnya ia
tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari tanamannya tersebut. Sedangkan
menurut at-thobari bahwa merugilah orang yang menggadaikan keimanannya dengan
kekafiran. Karena ia tidak akan mendapatkan sedikitpun kemanfaat darinya
apalagi kelak ketika ia telah meninggal dan dibangkitkan.
وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ كَأَنْ لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا سَاعَةً
مِنَ النَّهَارِ يَتَعَارَفُونَ بَيْنَهُمْ قَدْ خَسِرَ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِلِقَاءِ
اللَّهِ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ (45)
10:45. Dan (ingatlah) akan hari
(yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu)
seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) hanya sesaat saja di siang
hari (di waktu itu) mereka saling berkenalan. Sesungguhnya rugilah orang-orang
yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat
petunjuk.
Dijelaskan dalam kitab Jami’
al-Bayan bahwa orang-orang kafir ketika tengah dihisab mereka seolah orang yang
linglung, masih mengira bahwa mereka sebelumnya masih bercengkrama dengan para
sahabat dan kerabatnya dan tidak menyangka bahwa saat itu mereka sudah
dihadapkan pada keadilan Allah. Sedangkan dalam kitab Mafatih al-Ghaib juga
dijelaskan bahwa keadaan manusia –mu’min maupun kafir- ketika dibangkitkan
mereka seolah orang yang baru bangun tidur dan masih merasakan kehangatan
bercengkrama antar manusia, bedanya dalam hal ini orang mu’min sudah
mempersiapkan liqa’ rabbahu, sedangkan orang kafir menyesal karena tidak
mendapat manfaat apapun pada tiap-tiap cengkrama mereka itu. Hal ini disebabkan
orang-orang kafir tidak mentadabburi ayat-ayatNya dan malah mendustakannya.
Dari pemaparan diatas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwasannya khusr adalah sebuah kerugian yang amat besar yang
dipikul oleh seseorang jika ia mendustakan agama Allah dan berpaling dari agama
tauhid. Terlebih lagi jika ia tidak beriman hingga ujung waktunya dan menjadikan
syaitan sebagai sandarannya.
0 comments:
Post a Comment